Tarian Khas daerah dari Pulau Jawa – Jika kita berbicara tentang kebudayaan dari berbagai provinsi di Indonesia, tentu tidak akan ada slot demo habisnya untuk dibahas. Mulai dari keberagaman kuliner, tempat wisata, hingga tari tradisional yang menjadi kekhasan daerah tersebut. Salah satu kesenian yang kerap menarik perhatian adalah seni tari, khususnya tarian khas Jawa. Tarian khas Jawa adalah salah satu kesenian daerah yang harus kita lestarikan sebagai bentuk kekayaan budaya. Sebab, ada banyak sekali tari tradisional dari Jawa, khususnya Jawa Tengah yang menjadi tradisi serta adat istiadat masyarakat Indonesia.
Menurut catatan sejarah, tarian tradisional khas Jawa Tengah ini telah ada sejak Mahabharata dan Ramayana diciptakan, yakni sekitar abad ke-7 Masehi. Dijelaskan, jika kedua sosok inilah yang menjadi dasar dari terciptanya puisi, tarian, dan kesenian lain dalam kebudayaan Jawa Tengah selama berabad-abad lamanya. Jika kita berbicara tentang budaya Jawa, maka sebenarnya pusat kebudayaannya berada di Jawa Tengah. Itulah mengapa banyak sekali tradisi dan budaya Jawa Tengah yang sudah menyebar ke seluruh daerah Indonesia. Tarian khas Jawa ini juga banyak jenisnya karena dipengaruhi oleh berbagai tradisi dan keadaan. Di antaranya yaitu dipengaruhi oleh ritual keagamaan, penguasaan adat, hingga penjajahan bangsa asing ke Nusantara.
Tari Dolalak
Tari Dolalak dapat digunakan sebagai bentuk edukasi kesenian tari untuk anak. Tarian tradisional yang berasal dari Jawa Tengah ini merupakan sebuah hasil kebudayaan yang hadir dan berkembang di sekitar daerah Purworejo. Bahkan, dikatakan tarian ini telah ada sejak masa penjajahan bangsa asing, sekitar pada tahun 1915. Tarian Dolalak ini dipentaskan oleh beberapa penari yang menggunakan pakaian perang seperti para tentara Belanda dan Perancis di zaman dahulu. Pertunjukan tari ini juga semakin meriah dengan diiringi oleh berbagai macam alat musik tradisional, seperti rebana, kendang, kentrung, serta kecer. Untuk kostum yang menyerupai tentara ini, para penari akan mengenakan pakaian yang berlengan panjang dengan lencana yang terletak pada bahu. Selain itu, pakaian tersebut pun dikombinasikan dengan celana pendek dan kaos kaki. Tak lupa, topi dan kacamata hitam ditambahkan sebagai aksesoris pendukungnya.
Tari Beksan Wireng
Tarian Beksan Wireng adalah sebuah tari tradisional yang berasal dari Jawa Tengah, tepatnya dari daerah Kasunanan Surakarta atau lebih dikenal juga dengan Kota Solo. Nama tarian ini berasal dari dua kata, yakni ‘Beksan’ dan ‘Wireng’. Kata ‘Beksan’ sendiri berarti tari, sedangkan kata ‘Wireng’ yang berarti perwira yang unggul. Sebenarnya, kata ‘Wireng’ juga berasal dari gabungan dua suku kata, yakni ‘wira’ dan ‘aeng’. Kata ‘wira’ yang memiliki arti sebagai perwira, sedangkan kata ’aeng’ yang berarti prajurit yang unggul.
Berdasarkan sejarahnya, tarian ini sudah ada sejak abad ke-11 Masehi di Keraton Jawa. Namun kemudian, tarian ini dilestarikan oleh Kasunanan Surakarta dan Pura Mangkunegaran. Tarian Beksan Wireng sendiri bercerita tentang perlawanan terhadap perang. Tarian ini diciptakan pada masa kepemimpinan Amiluhur saat menjadi raja. Tujuan Amiluhur menciptakan tarian ini adalah karena slot88 dia ingin agar semua orang ikut berperang untuk melindungi kerajaan. Maka, setelah Amiluhur meninggal dunia, banyak orang yang ingin menghormatinya dan meneruskan tarian tersebut. Sehingga, banyak penari yang kerap menampilkan tarian ini.
Tari Bondan
Tari Bondan adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari daerah Surakarta, Jawa Tengah. Tarian ini menggambarkan tentang perjuangan seorang ibu dalam menjaga anaknya dengan penuh kehati-hatian. Gerakan tarian ini menggambarkan seorang anak kecil dengan wanita dewasa yang sedang memegang sebuah boneka dengan payung yang terbuka. Kemudian, keduanya pun menari di atas kendi dengan sangat hati-hati agar tidak patah atau hancur.
Pada pertunjukannya, tarian ini dibagi menjadi tiga bagian terpisah. Bagian-bagian tersebut adalah bagian Cindogo Mariah, bagian Mariah Mardisiwi, dan bagian Mariah Pegunungan. Adapun, untuk busana yang digunakan oleh penari harus menampilkan seperti seorang gadis desa. Properti atau aksesoris yang digunakan pun seperti keranjang yang dijinjing, topi, dan alat-alat pertanian lain.
Tari Lengger
Tarian khas Jawa yang terakhir adalah tari Lengger. Ini adalah tarian ritual tradisional dari zaman slot gacor 777 Jawa Kuno. Tarian ini merupakan simbol kesuburan daerah. Sehingga, penari pria yang akan mementaskan tarian ini juga akan didandani seperti wanita.
Pria dipilih sebagai penari karena dianggap lebih kuat dan lebih murni daripada wanita itu sendiri. Karena pada masa itu, latihan menari lebih seperti acara ritual daripada hiburan. Sebab, latihan tarinya masih berbau spiritual dan berhubungan dengan Dewa. Bahkan, dalam kesenian tradisional ini, para penarinya harus menari sambil bernyanyi.
Tari Lengger ini termasuk pada tarian tradisional yang juga berkembang di lingkungan istana. Sehingga, tak heran jika tarian ini banyak dikaitkan dengan para sultan dan penguasa. Tak sedikit juga para pemangku jabatan tersebut memiliki keterampilan menari yang baik. Bahkan, para penarinya juga banyak dari kerabat dekat kerajaan, anggota istana, hingga pengawal pribadinya.
Tari Gambir Anom
Tarian khas Jawa yang selanjutnya adalah tari Gambir Anom. Tarian ini pertama kali dipopulerkan di Surakarta dan ditampilkan secara tunggal atau seorang diri. Tari Gambir Anom ini merupakan salah satu tarian tradisional yang kerap ditampilkan di lingkungan Keraton untuk menyambut tamu agung. Karena ditampilkan secara tunggal, pada awalnya tarian ini hanya bisa diperagakan oleh laki-laki saja. Namun, saat ini tari Gambir Anom sudah berkembang dan dapat diperagakan juga oleh perempuan.
Menurut sejarahnya, tarian ini menggambarkan tentang seorang tokoh pewayangan yang sedang jatuh cinta. Tokoh pewayangan tersebut adalah Irawan Putra Arjuna yang tengah jatuh cinta kepada seorang perempuan. Karena cerita yang diangkat tentang seseorang yang sedang jatuh cinta, maka gerakan tari ini pun menggambarkan seseorang yang sedang bersiap diri. Mulai dari menata rambut, merias wajah dan mendandani diri sendiri, hingga berbusana rapi. Kemudian, ada juga gerakan penari yang sedang bercermin dan berjalan dengan mondar-mandir karena menunggu kedatangan pujaan hatinya.
Tari Sintren
Nama tari Sintren ini berasal dari gabungan dua suku kata, yakni kata ‘Si’ dan kata ‘Tren’. Dalam bahasa Jawa, kata ‘Si’ berarti dia atau ia, sedangkan kata ‘Tren’ berarti tri atau panggilan untuk kata Putri. Sehingga, arti dari nama tari Sintren adalah ‘Si Putri’ yang merupakan objek atau pemeran utama dalam pertunjukan tari ini. Tari Sintren sendiri adalah sebuah kesenian tari tradisional dari masyarakat Jawa yang terkenal di daerah Pekalongan, yakni daerah pesisir utara provinsi Jawa Barat dan Jawa tengah. Tarian ini terkenal sebagai sebuah tarian yang memiliki aroma pertunjukan magis atau mistis.
Kesenian yang satu ini berawal dari cerita rakyat yang melegenda di sekitar daerah tersebut dan dipercaya oleh masyarakat setempat. Cerita rakyat itu adalah tentang cerita kasih antara Sulasih dan Sulandono. Namun, saat ini tarian Sintren terancam punah karena semakin terlupakan. Hal ini juga disebabkan karena kurangnya upaya pemerintah dan masyarakat untuk melestarikan kesenian yang sudah menjadi budaya dan kearifan lokal ini.